Umbung Kutei, Festival Adat dan Budaya Rejang Kepahiang

SEMARAKPOST | KEPAHIANG – Umbung Kutei telah menjadi tradisi tahunan yang kuat yang dilaksanakan oleh pemda kabupaten Kepahiang. Kegiatan ini secara umum merupakan festival seni dan budaya yang dikemas secara adat. 

Tetuei Umbung Kutei atau ketua pelaksana Umbung Kutei Kepahiang Firmansyah mengatakan Umbung Kutei berarti berkumpul. Umbung adalah bahasa Rejang yang juga diasosiasikan sebagai kegiatan hajatan dan sejenisnya.  

Sementara Kutei berarti lembaga adat, atau adat, atau budaya. Sehingga Umbung Kutei berarti berkumpulnya masyarakat untuk melakaksanakan kegiatan adat dan budaya.

Kutei di Kepahiang jelasnya, dibagi menjadi dua, yakni Kutei Merigi dan Kutei Bermani. Sehingga adat dan budaya Kepahiang yang terdiri dari dua Kutei tersebut semakin kuat hingga ke akar-akarnya.

“Seperti halnya Umbung yang dikenal masyarakat, digelar berkat gotong royong dan kerjasama masyarakat. Hal-hal seperti itu akan tercermin dalam Umbung Kutei,” jelas Firmansyah(18/9/24).

Festival budaya ini dilaksanakan selama 3 hari sejak 17 September 2024 lalu. Bupati Kepahiang Dr. Ir H Hidayattulah Sjahid, bertindak sebagai Rajo atau raja atau pemimpin mengaku senang atas pelestarian budaya Rejang Kepahiang.

Prosesi pembukaan diawali dengan upacara pancung tebu. Rajo Kepahiang berharap festival budaya Umbung Kutei ini akan terus dilaksanakan. 

Beberapa agenda budaya itu seperti tampilan tari Kejei yang ditampilkan oleh penari Kejei. Juga terdapat tampilan tari Kejei Rajo Agung Kepahiang dan kepala dinas dam OPD di Kepahiang.

Selain itu juga terdapat tradisi masak dengan kayu api, tradisi petatah petitih Rejang, pantun Rejang, lomba menganyam kerajinan bambu, aksara Ulu, batik Diwo, pencak silat Kepahiang, hingga lagu Rejang. Tak lupa sajian menu makanan khas kabupaten Kepahiang baik itu makanan berat ataupun produk camilan UMKM yang ada di Kepahiang. 

Kembali Firmansyah menjelaskan jika  even festival budaya Umbung Kutei itu, merupakan upaya pengembangan budaya dan pelestarian tradisi kepada generasi penerus. Sekaligus merupakan sarana pengikat silaturahmi dan sosial masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *